WISATA KULINER SRAGEN
Wisata
kuliner di Sragen by:Kulinersragenblogspot.com
SRAGEN - Selama bulan Ramadhan ini, masyarakat Sragen dan
sekitarnya dapat menikmati berbagai jajanan sehat dengan harga terjangkau. Di
sepanjang jalan dipayungi rindangnya pepohonan, berdiri 25 kios yang menyajikan
aneka kuliner khas Sragen.
Nuansa tradisional tampak dari bangunan kios berukuran 3 x 3
meter, yang berdiri sederhana dengan rangka bambu beratapkan rapak ( atap yang
terbuat dari daun tebu). Terletak di sebelah timur Kantor Sekretariat Daerah
Sragen, gelaran wisata kuliner bertajuk Pusat Jajan Rakyat Sukowati (PJRS) ini
menempati lokasi yang sangat strategis. Tempatnya mudah diakses. Hanya tinggal
menyeberang jalan ke utara, dari pusat rekreasi keluarga Alun-alun Sasana
Langen Putra. Rimbunnya pohon angsana di sepanjang lokasi, menambah suasana
tenang, di tengah semaraknya kegiatan warga Sragen di sore hari.
Senin kemarin, (1/9) PJRS ini diresmikan oleh Bupati Sragen
H Untung Wiyono. Rencananya, lokasi wisata kuliner baru ini akan buka mulai
pukul 16.00 sore hingga selesai. Di tempat itu, tersedia berbagai jajanan murah
dan sehat, seperti Kolak Lidah Buaya, Sari Kedelai aneka rasa, Es Buah, serta
berbagai kudapan yang menyegarkan untuk berbuka puasa. Selain itu juga ada
kios-kios yang menyajikan makanan sehat, dan makanan khas Sragen lainnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Ir
Djoko Purwanto, MM yang ditemui di lokasi mengatakan, kekayaan kuliner khas
Sragen seolah tak ada habisnya. Kreatifitas masyarakat menciptakan aneka
hidangan yang menggugah selera itu kini diwadahi dalam satu lokasi pusat jajan,
yang terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Tak hanya murah dan sehat,
Djoko mengatakan berbagai hidangan di sini bebas dari bahan pengawet, pewarna,
dan penyedap rasa.
Kelezatan berbagai hidangan ini berasal dari kejelian para
pedangang mengolah berbagai produk lokal yang lahir dari perut Bumi Sukowati.
Untuk awalnya, PJRS akan buka selama bulan ramadhan, guna melayani masyarakat
yang akan berbuka puasa. Namun tidak tertutup kemungkinan, kata Djoko, jika
animo masyarakat bagus, pusat jajan ini akan buka seterusnya. Seiring dengan
hal itu, berbagai perbaikan akan dilaksanakan. Djoko menambahkan, penerangan
jalan dan sistem drainase, menjadi catatan tersendiri yang harus segera
ditangani. Apalagi, wisata kuliner ini akan buka di malam hari. Penerangan
jalan menjadi syarat mutlak demi mendukung kenyamanan masyarakat yang datang ke
tempat itu. Ia berharap, keberadaan PJRS menciptakan harmoni yang selaras
antara pemenuhan kebutuhan kuliner masyarakat dan kesejahteraan pedagang kecil
yang tergabung di dalamnya.
SOTO GIRIN
Soto ini memang lain dari yang lain, seolah memiliki aura
magic soto ini mampu menghipnotis setiap pelangganya dengan kuah segar beraroma
khas kuali dan perapian arang kayu. Soto ini telah puluhan tahun silam
didirikan dan diwariskan secara turun temurun pada anak cucunya, bagi
masyarakat kota Sragen pasti sudah tidak asing lagi dengan soto ini tak
terkecuali saya yang telah 5 tahun ini merantau di Balikpapan. Akan terjadi
lonjakan pengunjung yang sangat dahsyat pada saat musim lebaran tiba, telah
menjadi tradisi setiap selesai melakukan sholat ied keluarga saya dan juga
keluarga2 lain untuk menyerbu warung soto ini.
Yap soto ini menggunakan brand “Soto Girin” yang telah
dirintis oleh Pendirinya bapak Girin di sebuah sudut kota Sragen puluhan tahun
silam dan kini telah diteruskan oleh anak cucunya, dilingkungan keluarga kami
Soto Girin sangat populer hingga selalu menjadi alasan kekangenan kami pulang
ke kampung halaman Sragen.
Rahasia kehebatan soto ini adalah terletak pada cara
memasaknya yang tidak pernah di rubah dari sejak didirikan oleh Bapak Girin,
soto ini dimasak didalam kuali yang terbuat dari tanah liat dan menggunakan
kayu bakar sebagai perapianya dan tentunya menggunakan bumbu2 rahasia yang
tidak akan pernah saya ketahui rahasianya, konon sekitar tahun 1980an pernah
seorang pengusaha sukses dari ibu kota menawarkan ratusan juta untuk membeli
bumbu soto ini tapi ditolak dengan sopan oleh Bapak Girin dengan alasan bahwa
sebenarnya tidak ada rahasia bumbu pada soto ini hanya saja sesepuhnya
(maksudnya tetua Bapak Girin) mengatakan kalau soto ini akan berubah rasa
apabila di buka di lain tempat.
Percaya tidak percaya tetapi saya pribadi pernah mencoba
cabang soto ini di kota Solo tetapi memang rasanya sangat lain dari tempat
asalnya Sragen, saya juga mendengar kalau soto ini juga tidak terlalu sukses di
kota Karanganyar. Jadi jika anda penasaran jangan sampai kelewatan untuk
mencicipi soto ini ketika anda berkunjung di kota Sragen.
TEMPAT KULINER Bu Djar
Rumah Makan BU DJAR, khas lidahnya orang Jawa
SRAGEN -
Siapa sangka rumah makan yang baru tiga tahun berdiri di Sragen ini sudah
dikenal banyak orang, bahkan setiap saat dikunjungi orang yang ingin mengisi
perutnya. Setiap saat rumah makan ini memang tidak pernah sepi dari
pengunjungnya. Itu dibuktikan dengan aktivitas pegawai yang selalu sibuk
meracik bumbu-bumbu, menyiapkan sayuran, memasak nasi kembali setiap menu yang
disediakan ludes terkuras oleh penikmat masakan Jawa ini.
Hj. Siti Faizah,
SE atau yang dikenal dengan Bu Djar, pemilik rumah makan ini mengaku bahwa
rumah makannya yang buka sejak 27 Februari 2008 itu; memang menyediakan
masakan khas Jawa mengingat mayoritas masyarakat Sragen adalah orang Jawa.
“Kami menyediakan berbagai masakan Jawa, sedang menu khas kami adalah
bothok patin, karena memang lidah orang Sragen adalah pencita masakan Jawa”
katanya.
Meski semula
ditujukan pada pacinta kuliner dari masyarakat Sragen, ternyata penikmat
masakan RM Bu Djar, tidak hanya warga Sragen saja namun juga para pelancong
dari luar kota yang kebetulan melewati Jalan Raya kota Sragen.
Selain lokasinya yang strategis, di Jl. Raya Sukowati No. 470 Sragen, harga
satu porsi makanan lengkap empat sehat lima sempurna pun bisa dijangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Pelayanannya pun cepat dan sopan, karena ke-15
pegawainya memang tanggap dalam melayani para tamunya. Pelanggan RM Bu Jar,
dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat di Sragen pun tidak
ketinggalan menjadi pelanggan setia RM Bu Djar. RM Bu Djar
juga melayani pengiriman pesanan makanan, dan cathering untuk event-event
besar.
Bu Tini, salah
satu koki di RM ini mengatakan bahwa untuk keperluan makan dan minum
dilingkungan Pemkab. Sragen juga sering memesan masakan dalam jumlah
besar di tempatnya. ” Kami selalu stand by dalam melayani pesanan,
termasuk pesanan dari pemda Sragen meski dalam jumlah besar. Dan kami
juga mengirimnya on time sesuai permintaan” jelasnya. Beberapa selebritis
kondang pun juga pernah singgah di RM ini untuk menimati citarasa masakan
seperti Cak Nun, Rieke Diah Pitaloka, group band LETTO, dan lain
sebagainya.
Aktivitas di RM Bu
Djar dimulai jam enam pagi, para pegawainya sudah siap menyajikan segala macam
bumbu yang akan dimasak. Dan mereka mulai menutup RM ini pukul empat sore.
Dengan setengah kwintal beras yang disediakan setiap harinya, warung makan ini
siap melayani para pelanggannya. Sementara, karena sayur yang dimasak selalu
baru untuk pagi dan menjelang makan siang ; maka para pegawai selalu memasak
sayur baru lagi.
Apalagi, para
pelanggan dimanjakan dengan disediakannya tempat baru di sebelah RM ini, yang
juga milik RM Bu Djar sendiri. Mereka yang berkunjung di RM Bu Djar
boleh memilih tempat makan, baik di RM Bu Djar yang lama atau baru. RM Bu Djar
yang baru seringkali dipilih karena situasi dan bentuk rumah makannya memang
mengasyikkan, seperti rumah joglo yang dilengkapi dengan gazebo-gazebo untuk
makan lesehan. Menu khas RM Bu Djar yang baru ini, menyediakan berbagai macam
olahan ayam kampung goreng/panggang , ikan panggang/goreng, soto
ayam/daging sapi.
Sementara Hartono
(17), tukang parkir RM ini mengatakan bahwa RM ini memang tak pernah sepi oleh
pengunjung dari pagi sampai sore. “Ya ini keberuntungan buat saya,
karena pengunjungnya di RM ini sangat banyak dari pagi sampai sore”
katanya dengan gembira.
Tengkleng & Sate Kambing Mas Mitro
Salah satu sate kambing yang punya reputasi di kota Sragen
adalah Sate Kambing Mas Mitro. Meski nama kedainya sate kambing, tapi hidangan
yang banyak dicari para pengunjungnya justru hidangan tengkleng. Padahal
hidangan ini merupakan menu pelengkap yang ada di kedai ini. Tengkleng
sebetulnya lebih mirip dengan gulai. Berkuah santan dengan bumbu rempah yang
cukup kuat dan bahan isinya iga kambing yang dipotong sepanjang 5-10 cm. Iga
yang digunakan untuk membuat tengkleng berasal dari kambing yang masih muda.
Umumnya berusia di bawah satu tahun, untuk mendapatkan rasa yang lebih enak.
Biasanya satu porsi tengkleng berisi 12 potong iga. Disini
juga menyediakan tongseng dari daging kambing, pipi, lidah, tulang, kikil dan
jerohan kambing. Jika mendekati hari libur atau lebaran, kedai ini menyediakan
kambing hingga 2-3 ekor. Kedai ini berada di daerah Beloran, tepatnya di Jl.
Raya Sukowati 117 sebelahnya dealer motor Harapan Utama. Biasanya mereka mulai
melayani pelanggangnya setiap hari jam 9 pagi hingga jam setengah 10 malam.
JAJANAN KHAS SRAGEN, MBAH RAJAK, RASANYA ENAK DAN KHAS
DILIDAH
SRAGEN - Sragen, selain kaya akan prestasi ternyata juga
kaya akan makanan tradisional. Salah satunya adalah makanan khas yang
diproduksi oleh Mbah Sumo Diharjo yang lebih akrab dipanggil Mbah Rajak. Sudah
40 tahun mbah Rajak berjualan aneka macam makanan tradisional, antara lain:
Jenang, trasikan, wajik, jadah, dan aneka lauk pauk.
Karena banyaknya pembeli, selain berjualan di pasar Bunder,
mbah Rajak juga melayani pembeli yang langsung datang dirumah. Banyak sekali
pembeli yang sudah menjadi langganannya karena itu setiap hari warung mbah
Rajak di pasar tidak pernah sepi oleh pembeli. Mulai pagi sampai sore
makanannya selalu diserbu pembeli dan jarang sekali makanan tersebut sampai
sisa. Bahkan tidak jarang pembeli yang datang berasal dari luar daerah dan
menjadikan makanan khas Sragen buatan mbah Rajak ini sebagai oleh-oleh.
Dari hasil penjualan dagangannya setiap harinya mbah Rajak
mendapat penghasilan sekitar Rp. 4 juta. Jenang buatannya dijual Rp 20.000 per
kilo, sedangkan trasikan dan wajik dijualnya Rp 25.000 per kotaknya. Selain di
jual kiloan, racikan makanan tersebut juga dapat dibeli sesuai dengan harga
yang diinginkan.
Mbah Rajak mengawali usahanya sebagai pedagang jenang
sekitar tahun 1968. “ Dahulu saya hanya seorang pedagang jenang keliling di
daerah Sragen, karena belum memiliki tempat tinggal menetap.” Ceritanya. “ Saya
sempat dua kali menyewa sebuah rumah tinggal untuk mengembangkan usaha, “
tambahnya. Karena usahanya makin berkembang akhirnya mbah Rajak mampu memiliki
rumah sendiri di Jl. Kampar No. 7 Cantel Wetan, Kelurahan Sragen Tengah. Tidak
hanya itu saja, sekarang mbah Rajak sudah memiliki tiga rumah yang tinggali
ketiga anaknya.
Ditambahkan sejak suaminya meninggal, mbah Rajak menjadi
tulang punggung keluarga, dan dengan kerja keras serta pantang menyerah
akhirnya ia mampu menyekolahkan anaknya sampai kejenjang perguruan tinggi
bahkan sekarang anaknya sudah lulus menjadi sarjana hukum.
Tentunya dari semuanya itu diperlukan suatu usaha yang gigih,
dan keuletan dalam mengembangkan usahanya. Berawal dari usaha yang dikelolanya
sendiri, sekarang mbah Rajak sudah memiliki 10 orang pekerja. Setiap hari usaha
pembuatan jajanan mbah Rajak mampu menghabiskan bahan baku berupa beras ketan
sebanyak 40 kg.
Sekalipun mbah Rajak sudah memiliki tujuh cucu dan tujuh
buyut, ini tidak menyurutkan semangatnya dalam bekerja. Dan sekarang makanan
yang diproduksi mbah Rajak sudah menjadi makanan khas Sragen yang banyak
diminati semua kalangan masyarakat karena selain rasanya enak dan lezat , juga
khas dilidah, harganya juga terjangkau.
Nah, bagi anda yang tertarik dengan jajanan mbah rajak,
silahkan datang kerumahnya di Jl. Kampar No. 7, RT 03 RW XI Cantel Wetan,
Sragen Tengah, atau di pasar Bunder pintu sebelah utara. (Yoh-Jat/Humas)
Diposkan oleh Devi_Zine di 22.42
NAMA BOTHOK MERCON PEMBAWA BERKAH
SRAGEN – Sangat pedas dan terasa panas di lidah, begitu yang
pertama kali terasa saat menyantap bothok mercon. Rasa pedas yang amat sangat
ini merupakan cirikhas bothok yang satu ini. Bagi pecinta masakan-masakan
bercita rasa pedas, botok ikan patin ini dijamin akan membuat ketagihan.
Saat menyantap bothok mercon, akan terasa lebih nikmat bila
ditemani dengan teh manis yang panas. Namun bagi penikmat yang berusia muda
biasanya lebih menyukai ditemani dengan es teh. Kebanyakan penikmat bothok
mercon akan menghabiskan 2 hingga 3 gelas minuman untuk mengimbangi rasa pedas
yang serasa melekat lidah.
Mercon membawa berkah
Bisa dipastikan bothok yang berlabel “Mercon” ini hanya
dapat dijumpai di daerah Sragen. Tepatnya di sebuah warung kecil di dusun
Tenggak, Desa Nglombo, Kecamatan Sidoharjo. Telah 30 tahun lebih warung kecil
yang berdiri di dekat jembatan Nggawan ini setia dengan menu tunggalnya yakni
bothok mercon. Namun baru sekitar 3 tahunan ini warung milik Wiro Admojo dan
Tumiyem mulai ramai dikunjungi pelanggan. Menurut pengakuannya, sejak diberi
nama Warung Bothok Mercon sekitar tujuh tahun lalu, warungnya mulai ramai
didatangi pelanggan dari berbagai daerah. Semula pelanggannya hanya berasal
dari penduduk sekitar. “Sejak diberi nama Mercon, banyak yang penasaran dan
ingin mencoba mencicipinya”
Dari plat nomor kendaraan yang digunakan oleh pelanggannya,
terlihat banyak yang berasal dari luar daerah Sragen. Larisnya pelanggan yang
mampir ke warungnya karena letak warungnya yang strategis yakni dipinggir jalan
alternatif Semarang Madiun. “Banyak juga pejabat dari Semarang yang mampir ke
warung kami” terang Wiro sambil melayani pelanggan.
Nama “Mercon” untuk warungnya, menurut Bapak berusia 66
tahun ini merupakan pemberian dari salah seorang pelanggannya. “Kala itu beliau
sering berkunjung ke warung saya ini, kemudian beliau memberikan nama Mercon,
sesuai dengan citarasa pedas botok ikan patin menu tunggal kami” terang Wiro.
Empat Banding Satu
Untuk memberikan citarasa yang sangat pedas, untuk empat
kilo gram ikan patin dibumbui lombok sebesar 1 kilogram. Dalam satu hari ia
membutuhkan kurang lebih 4 kilogram lombok, karena setiap harinya ia
menghabiskan minimal 16 kilogram ikan patin untuk diolah menjadi bothok. Setiap
kilogram ikan patin dapat diolah menjadi 9 bungkus. Sehingga dalam satu hari
rata-rata ia dapat menyajikan 144 bungkus. Sejak berdiri hingga sekarang,
setiap harinya bothok merconnya selalu habis.
Tak jarang ia juga menerima pesanan. Baik pesanan untuk
keperluan arisan maupun keperluan lainnya. “Rata-rata setiap pesanan berkisar
50 hingga 100 bungkus” terangnya. Tak pelak bila mendapatkan pesanan istrinya
harus kerja lembur. Karena untuk menggolah bothok mercon setiap harinya Tumiyem
hanya dibantu oleh seorang pembantu saja.
Namun menurut pengakuannya tidak terlalu lama dan sulit
untuk mengolah bothok mercon. Bila tidak mendapat pesanan, setiap harinya
Tumiyem memulai aktivitas untuk memasak bothok sekitar jam empat pagi. Ia
bersama pembantunya mulai menggoreng ikan patin. Setelah digoreng ikan patin
mulai dibumbui dan dibungkus daun pisang. Setelah itu baru dikukus. Selang satu
jam menu bothok mercon ikan patin sudah siap disajikan.
Ia termasuk sangat hati-hati dalam menjaga cita rasa bothok
merconnya. Sehingga untuk meracik bumbu-bumbunya selalu diraciknya sendiri.
Bila diracik oleh orang lain menurut Tumiyem rasanya pasti akan berbeda.
Bumbunya termasuk sederhana, yakni brambang, bawang, garam, daun salam, tomat
dan lombok.
Harganya murah meriah
Untuk menikmati rasa pedas bothok mercon tak perlu merogoh
kocek terlalu banyak. Untuk satu bungkusnya hanya dijual seharga Rp.
3.500,- saja. Biasanya untuk sekali santap, pelanggan bisa menghabiskan 2 hingga
3 bungkus.
Meskipun banyak pelanggan yang kepedasan sewaktu menyantap
bothok mercon, namun bisa dipastikan suatu saat akan kembali mengunjungi
warungnya.
TRANCAM MBAH PIN, ANTRIAN PELANGGANNYA SELALU MENANTI DI
MALAM HARI
SRAGEN – Trancam mbah Pin, wah pastinya yang mendengar kata
trancam mbah Pin kita langsung memikirkan rasa kelezatan bumbu sambal trancam
dan kesegaran sayurannya. Warung makan Trancam mBAh Pin yang terkenal di
Sragen ini menyajikan trancam khas Sragen yang setiap sore menjelang petang
pasti dipadati oleh kerumunan pelanggannya yang antri. Lebih lagi, Warung
Trancam mbah Pin ini menyajikan trancam dengan lauknya yang serba bakar menarik
para pecinta kuliner yang memperhatikan kesehatannya datang ke warung lesehan
ini.
Pasti bisa membayangkan aroma harumnya ketika disajikan
dengan nasi putih hangat dan berbagai macam lauk yang membuat ketagihan bagi
lidah penikmat kuliner. Jika Anda sudah mencicipi kelezatan Trancap Mbah Pin
yang segar setiap disajikan ini, bisa dipastikan Anda akan datang lagi.
Bagaimana tidak, warung yang telah berdiri sejak 17 tahun lalu ini, menawarkan
racikan bumbu trancam dengan citarasa mantap dan segar.
Penyajian trancam saat dihidangkan di lepek dengan
porsi kecil, dengan lauk tempe bacem/bakar, tahu bacem/ bakar, paru bacem/
bakar, kikil bacem/bakar, usus bacem/bakar maupun ayam bacem/bakar membuat
penikmat trancam ini menambah porsi lagi. Tak heran jika pecinta kuliner di
Sragen mengenal warung makan mbah Pin karena masakan khas Jawa Tengah di warung
ini menjadi salah satu target yang harus dicoba.
Apalagi, harga yang ekonomis dan rasa segar yang mantap
telah mendorong pengunjung dari berbagai kota singgah ke warung yang berada di
utara poltas Sragen ini. Warung makan ini buka setelah maghrib
hingga pukul 21.00 WIB . Seringkali sebelum waktu ditutupnya pada malam
hari, warung makan ini membuat para pelanggannya pulang dengan tangan
kosong. Karena trancam kesukaannya sudah habis sebelum waktunya. Jadi,
biasanya setelah maghrib warung trancam ini selalu dipenuhi kendaraan roda dua
mapun empat yang antri di sekitar warungnya.
Tertarik mencoba makanan sehat ini? Datang saja ke
warung makan ini, di terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani Sragen. Jangan lupa,
datang sebelum pukul 21.00 WIB jika tidak ingin kecewa karena Anda aakan
kehabisan trancam segar ini. Jadi pastikan, Anda tidak kehabisan menu sehat
khas Jawa Tengah yang disajikan di kabupaten Sragen ini. (Dyh – Humas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar