Kamis, 11 Juni 2015


WISATA KULINER SRAGEN

Wisata kuliner di Sragen by:Kulinersragenblogspot.com


SRAGEN - Selama bulan Ramadhan ini, masyarakat Sragen dan sekitarnya dapat menikmati berbagai jajanan sehat dengan harga terjangkau. Di sepanjang jalan dipayungi rindangnya pepohonan, berdiri 25 kios yang menyajikan aneka kuliner khas Sragen.
Nuansa tradisional tampak dari bangunan kios berukuran 3 x 3 meter, yang berdiri sederhana dengan rangka bambu beratapkan rapak ( atap yang terbuat dari daun tebu). Terletak di sebelah timur Kantor Sekretariat Daerah Sragen, gelaran wisata kuliner bertajuk Pusat Jajan Rakyat Sukowati (PJRS) ini menempati lokasi yang sangat strategis. Tempatnya mudah diakses. Hanya tinggal menyeberang jalan ke utara, dari pusat rekreasi keluarga Alun-alun Sasana Langen Putra. Rimbunnya pohon angsana di sepanjang lokasi, menambah suasana tenang, di tengah semaraknya kegiatan warga Sragen di sore hari.
Senin kemarin, (1/9) PJRS ini diresmikan oleh Bupati Sragen H Untung Wiyono. Rencananya, lokasi wisata kuliner baru ini akan buka mulai pukul 16.00 sore hingga selesai. Di tempat itu, tersedia berbagai jajanan murah dan sehat, seperti Kolak Lidah Buaya, Sari Kedelai aneka rasa, Es Buah, serta berbagai kudapan yang menyegarkan untuk berbuka puasa. Selain itu juga ada kios-kios yang menyajikan makanan sehat, dan makanan khas Sragen lainnya.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Ir Djoko Purwanto, MM yang ditemui di lokasi mengatakan, kekayaan kuliner khas Sragen seolah tak ada habisnya. Kreatifitas masyarakat menciptakan aneka hidangan yang menggugah selera itu kini diwadahi dalam satu lokasi pusat jajan, yang terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Tak hanya murah dan sehat, Djoko mengatakan berbagai hidangan di sini bebas dari bahan pengawet, pewarna, dan penyedap rasa.
Kelezatan berbagai hidangan ini berasal dari kejelian para pedangang mengolah berbagai produk lokal yang lahir dari perut Bumi Sukowati. Untuk awalnya, PJRS akan buka selama bulan ramadhan, guna melayani masyarakat yang akan berbuka puasa. Namun tidak tertutup kemungkinan, kata Djoko, jika animo masyarakat bagus, pusat jajan ini akan buka seterusnya. Seiring dengan hal itu, berbagai perbaikan akan dilaksanakan. Djoko menambahkan, penerangan jalan dan sistem drainase, menjadi catatan tersendiri yang harus segera ditangani. Apalagi, wisata kuliner ini akan buka di malam hari. Penerangan jalan menjadi syarat mutlak demi mendukung kenyamanan masyarakat yang datang ke tempat itu. Ia berharap, keberadaan PJRS menciptakan harmoni yang selaras antara pemenuhan kebutuhan kuliner masyarakat dan kesejahteraan pedagang kecil yang tergabung di dalamnya.
    

SOTO GIRIN

Soto ini memang lain dari yang lain, seolah memiliki aura magic soto ini mampu menghipnotis setiap pelangganya dengan kuah segar beraroma khas kuali dan perapian arang kayu. Soto ini telah puluhan tahun silam didirikan dan diwariskan secara turun temurun pada anak cucunya, bagi masyarakat kota Sragen pasti sudah tidak asing lagi dengan soto ini tak terkecuali saya yang telah 5 tahun ini merantau di Balikpapan. Akan terjadi lonjakan pengunjung yang sangat dahsyat pada saat musim lebaran tiba, telah menjadi tradisi setiap selesai melakukan sholat ied keluarga saya dan juga keluarga2 lain untuk menyerbu warung soto ini.
Yap soto ini menggunakan brand “Soto Girin” yang telah dirintis oleh Pendirinya bapak Girin di sebuah sudut kota Sragen puluhan tahun silam dan kini telah diteruskan oleh anak cucunya, dilingkungan keluarga kami Soto Girin sangat populer hingga selalu menjadi alasan kekangenan kami pulang ke kampung halaman Sragen.
Rahasia kehebatan soto ini adalah terletak pada cara memasaknya yang tidak pernah di rubah dari sejak didirikan oleh Bapak Girin, soto ini dimasak didalam kuali yang terbuat dari tanah liat dan menggunakan kayu bakar sebagai perapianya dan tentunya menggunakan bumbu2 rahasia yang tidak akan pernah saya ketahui rahasianya, konon sekitar tahun 1980an pernah seorang pengusaha sukses dari ibu kota menawarkan ratusan juta untuk membeli bumbu soto ini tapi ditolak dengan sopan oleh Bapak Girin dengan alasan bahwa sebenarnya tidak ada rahasia bumbu pada soto ini hanya saja sesepuhnya (maksudnya tetua Bapak Girin) mengatakan kalau soto ini akan berubah rasa apabila di buka di lain tempat.
Percaya tidak percaya tetapi saya pribadi pernah mencoba cabang soto ini di kota Solo tetapi memang rasanya sangat lain dari tempat asalnya Sragen, saya juga mendengar kalau soto ini juga tidak terlalu sukses di kota Karanganyar. Jadi jika anda penasaran jangan sampai kelewatan untuk mencicipi soto ini ketika anda berkunjung di kota Sragen.
    


TEMPAT KULINER Bu Djar


Rumah Makan BU DJAR, khas lidahnya orang Jawa

                               
       SRAGEN  - Siapa sangka rumah makan yang baru tiga tahun berdiri di Sragen ini sudah dikenal banyak orang, bahkan setiap saat dikunjungi orang yang ingin mengisi perutnya. Setiap saat rumah makan ini memang tidak pernah sepi dari pengunjungnya. Itu dibuktikan dengan aktivitas pegawai yang selalu sibuk meracik bumbu-bumbu, menyiapkan sayuran, memasak nasi kembali setiap menu yang disediakan ludes terkuras oleh penikmat masakan Jawa ini.

       Hj. Siti Faizah, SE atau yang dikenal dengan Bu Djar, pemilik rumah makan ini mengaku bahwa rumah makannya yang buka sejak 27 Februari 2008 itu;  memang menyediakan masakan khas Jawa mengingat mayoritas masyarakat Sragen adalah orang Jawa. “Kami menyediakan berbagai masakan Jawa, sedang  menu khas kami adalah bothok patin, karena memang lidah orang Sragen adalah pencita masakan Jawa” katanya. 

       Meski semula ditujukan pada pacinta kuliner dari masyarakat Sragen, ternyata penikmat masakan RM Bu Djar, tidak hanya warga Sragen saja namun juga para pelancong dari luar kota  yang kebetulan melewati Jalan Raya kota Sragen.  Selain lokasinya yang strategis, di Jl. Raya Sukowati No. 470 Sragen, harga satu porsi makanan lengkap empat sehat lima sempurna pun bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Pelayanannya pun cepat dan sopan, karena ke-15 pegawainya memang tanggap dalam melayani para tamunya. Pelanggan RM Bu Jar, dari berbagai kalangan, termasuk  para pejabat di Sragen pun tidak ketinggalan menjadi pelanggan setia RM  Bu Djar.   RM Bu Djar juga melayani  pengiriman pesanan makanan, dan cathering untuk event-event besar. 

       Bu Tini, salah satu koki di RM ini mengatakan bahwa untuk keperluan makan dan minum dilingkungan  Pemkab. Sragen juga sering memesan masakan dalam jumlah besar  di tempatnya. ” Kami selalu stand by dalam melayani pesanan, termasuk pesanan dari  pemda Sragen meski dalam jumlah besar. Dan kami juga mengirimnya on time sesuai permintaan” jelasnya.  Beberapa selebritis kondang pun  juga pernah singgah di RM ini untuk menimati citarasa masakan seperti Cak Nun, Rieke Diah Pitaloka, group band LETTO, dan lain sebagainya. 

       Aktivitas di RM Bu Djar dimulai jam enam pagi, para pegawainya sudah siap menyajikan segala macam bumbu yang akan dimasak. Dan mereka mulai menutup RM ini pukul empat sore. Dengan setengah kwintal beras yang disediakan setiap harinya, warung makan ini siap melayani para pelanggannya. Sementara, karena sayur yang dimasak selalu baru untuk pagi dan menjelang makan siang ; maka para pegawai selalu memasak sayur baru lagi. 

       Apalagi, para pelanggan dimanjakan dengan disediakannya tempat baru di sebelah RM ini, yang juga milik  RM Bu Djar sendiri.  Mereka yang berkunjung di RM Bu Djar boleh memilih tempat makan, baik di RM Bu Djar yang lama atau baru. RM Bu Djar yang baru seringkali dipilih karena situasi dan bentuk rumah makannya memang mengasyikkan, seperti rumah joglo yang dilengkapi dengan gazebo-gazebo untuk makan lesehan. Menu khas RM Bu Djar yang baru ini, menyediakan berbagai macam olahan ayam  kampung goreng/panggang , ikan panggang/goreng, soto ayam/daging sapi. 

       Sementara Hartono (17), tukang parkir RM ini mengatakan bahwa RM ini memang tak pernah sepi oleh pengunjung dari pagi sampai sore.   “Ya ini keberuntungan buat saya, karena pengunjungnya di RM ini sangat banyak  dari pagi sampai sore” katanya dengan gembira.




Tengkleng & Sate Kambing Mas Mitro
Salah satu sate kambing yang punya reputasi di kota Sragen adalah Sate Kambing Mas Mitro. Meski nama kedainya sate kambing, tapi hidangan yang banyak dicari para pengunjungnya justru hidangan tengkleng. Padahal hidangan ini merupakan menu pelengkap yang ada di kedai ini. Tengkleng sebetulnya lebih mirip dengan gulai. Berkuah santan dengan bumbu rempah yang cukup kuat dan bahan isinya iga kambing yang dipotong sepanjang 5-10 cm. Iga yang digunakan untuk membuat tengkleng berasal dari kambing yang masih muda. Umumnya berusia di bawah satu tahun, untuk mendapatkan rasa yang lebih enak.
Biasanya satu porsi tengkleng berisi 12 potong iga. Disini juga menyediakan tongseng dari daging kambing, pipi, lidah, tulang, kikil dan jerohan kambing. Jika mendekati hari libur atau lebaran, kedai ini menyediakan kambing hingga 2-3 ekor. Kedai ini berada di daerah Beloran, tepatnya di Jl. Raya Sukowati 117 sebelahnya dealer motor Harapan Utama. Biasanya mereka mulai melayani pelanggangnya setiap hari jam 9 pagi hingga jam setengah 10 malam.



JAJANAN KHAS SRAGEN, MBAH RAJAK, RASANYA ENAK DAN KHAS DILIDAH


SRAGEN - Sragen, selain kaya akan prestasi ternyata juga kaya akan makanan tradisional. Salah satunya adalah makanan khas yang diproduksi oleh Mbah Sumo Diharjo yang lebih akrab dipanggil Mbah Rajak. Sudah 40 tahun mbah Rajak berjualan aneka macam makanan tradisional, antara lain: Jenang, trasikan, wajik, jadah, dan aneka lauk pauk.

Karena banyaknya pembeli, selain berjualan di pasar Bunder, mbah Rajak juga melayani pembeli yang langsung datang dirumah. Banyak sekali pembeli yang sudah menjadi langganannya karena itu setiap hari warung mbah Rajak di pasar tidak pernah sepi oleh pembeli. Mulai pagi sampai sore makanannya selalu diserbu pembeli dan jarang sekali makanan tersebut sampai sisa. Bahkan tidak jarang pembeli yang datang berasal dari luar daerah dan menjadikan makanan khas Sragen buatan mbah Rajak ini sebagai oleh-oleh.

Dari hasil penjualan dagangannya setiap harinya mbah Rajak mendapat penghasilan sekitar Rp. 4 juta. Jenang buatannya dijual Rp 20.000 per kilo, sedangkan trasikan dan wajik dijualnya Rp 25.000 per kotaknya. Selain di jual kiloan, racikan makanan tersebut juga dapat dibeli sesuai dengan harga yang diinginkan.

Mbah Rajak mengawali usahanya sebagai pedagang jenang sekitar tahun 1968. “ Dahulu saya hanya seorang pedagang jenang keliling di daerah Sragen, karena belum memiliki tempat tinggal menetap.” Ceritanya. “ Saya sempat dua kali menyewa sebuah rumah tinggal untuk mengembangkan usaha, “ tambahnya. Karena usahanya makin berkembang akhirnya mbah Rajak mampu memiliki rumah sendiri di Jl. Kampar No. 7 Cantel Wetan, Kelurahan Sragen Tengah. Tidak hanya itu saja, sekarang mbah Rajak sudah memiliki tiga rumah yang tinggali ketiga anaknya.

Ditambahkan sejak suaminya meninggal, mbah Rajak menjadi tulang punggung keluarga, dan dengan kerja keras serta pantang menyerah akhirnya ia mampu menyekolahkan anaknya sampai kejenjang perguruan tinggi bahkan sekarang anaknya sudah lulus menjadi sarjana hukum.

Tentunya dari semuanya itu diperlukan suatu usaha yang gigih, dan keuletan dalam mengembangkan usahanya. Berawal dari usaha yang dikelolanya sendiri, sekarang mbah Rajak sudah memiliki 10 orang pekerja. Setiap hari usaha pembuatan jajanan mbah Rajak mampu menghabiskan bahan baku berupa beras ketan sebanyak 40 kg.

Sekalipun mbah Rajak sudah memiliki tujuh cucu dan tujuh buyut, ini tidak menyurutkan semangatnya dalam bekerja. Dan sekarang makanan yang diproduksi mbah Rajak sudah menjadi makanan khas Sragen yang banyak diminati semua kalangan masyarakat karena selain rasanya enak dan lezat , juga khas dilidah, harganya juga terjangkau.

Nah, bagi anda yang tertarik dengan jajanan mbah rajak, silahkan datang kerumahnya di Jl. Kampar No. 7, RT 03 RW XI Cantel Wetan, Sragen Tengah, atau di pasar Bunder pintu sebelah utara. (Yoh-Jat/Humas)

Diposkan oleh Devi_Zine di 22.42

NAMA BOTHOK MERCON PEMBAWA BERKAH



SRAGEN – Sangat pedas dan terasa panas di lidah, begitu yang pertama kali terasa saat menyantap bothok mercon. Rasa pedas yang amat sangat ini merupakan cirikhas bothok yang satu ini. Bagi pecinta masakan-masakan bercita rasa pedas, botok ikan patin ini dijamin akan membuat ketagihan.

Saat menyantap bothok mercon, akan terasa lebih nikmat bila ditemani dengan teh manis yang panas. Namun bagi penikmat yang berusia muda biasanya lebih menyukai ditemani dengan es teh. Kebanyakan penikmat bothok mercon akan menghabiskan 2 hingga 3 gelas minuman untuk mengimbangi rasa pedas yang serasa melekat lidah.

Mercon membawa berkah

Bisa dipastikan bothok yang berlabel “Mercon” ini hanya dapat dijumpai di daerah Sragen. Tepatnya di sebuah warung kecil di dusun Tenggak, Desa Nglombo, Kecamatan Sidoharjo. Telah 30 tahun lebih warung kecil yang berdiri di dekat jembatan Nggawan ini setia dengan menu tunggalnya yakni bothok mercon. Namun baru sekitar 3 tahunan ini warung milik Wiro Admojo dan Tumiyem mulai ramai dikunjungi pelanggan. Menurut pengakuannya, sejak diberi nama Warung Bothok Mercon sekitar tujuh tahun lalu, warungnya mulai  ramai didatangi pelanggan dari berbagai daerah. Semula pelanggannya hanya berasal dari penduduk sekitar. “Sejak diberi nama Mercon, banyak yang penasaran dan ingin mencoba mencicipinya”

Dari plat nomor kendaraan yang digunakan oleh pelanggannya, terlihat banyak yang berasal dari luar daerah Sragen. Larisnya pelanggan yang mampir ke warungnya karena letak warungnya yang strategis yakni dipinggir jalan alternatif Semarang Madiun. “Banyak juga pejabat dari Semarang yang mampir ke warung kami” terang Wiro sambil melayani pelanggan.

Nama “Mercon” untuk warungnya, menurut Bapak berusia 66 tahun ini merupakan pemberian dari salah seorang pelanggannya. “Kala itu beliau sering berkunjung ke warung saya ini, kemudian beliau memberikan nama Mercon, sesuai dengan citarasa pedas botok ikan patin menu tunggal kami” terang Wiro.

Empat Banding Satu

Untuk memberikan citarasa yang sangat pedas, untuk empat kilo gram ikan patin dibumbui lombok sebesar 1 kilogram. Dalam satu hari ia membutuhkan kurang lebih 4 kilogram lombok, karena setiap harinya ia menghabiskan minimal 16 kilogram ikan patin untuk diolah menjadi bothok. Setiap kilogram ikan patin dapat diolah menjadi 9 bungkus. Sehingga dalam satu hari rata-rata ia dapat menyajikan 144 bungkus. Sejak berdiri hingga sekarang, setiap harinya bothok merconnya selalu habis.

Tak jarang ia juga menerima pesanan. Baik pesanan untuk keperluan arisan maupun keperluan lainnya. “Rata-rata setiap pesanan berkisar 50 hingga 100 bungkus” terangnya. Tak pelak bila mendapatkan pesanan istrinya harus kerja lembur. Karena untuk menggolah bothok mercon setiap harinya Tumiyem hanya dibantu oleh seorang pembantu saja.

Namun menurut pengakuannya tidak terlalu lama dan sulit untuk mengolah bothok mercon. Bila tidak mendapat pesanan, setiap harinya Tumiyem memulai aktivitas untuk memasak bothok sekitar jam empat pagi. Ia bersama pembantunya mulai menggoreng ikan patin. Setelah digoreng ikan patin mulai dibumbui dan dibungkus daun pisang. Setelah itu baru dikukus. Selang satu jam menu bothok mercon ikan patin sudah siap disajikan.

Ia termasuk sangat hati-hati dalam menjaga cita rasa bothok merconnya. Sehingga untuk meracik bumbu-bumbunya selalu diraciknya sendiri. Bila diracik oleh orang lain menurut Tumiyem rasanya pasti akan berbeda. Bumbunya termasuk sederhana, yakni brambang, bawang, garam, daun salam, tomat dan lombok.

Harganya murah meriah

Untuk menikmati rasa pedas bothok mercon tak perlu merogoh kocek terlalu banyak. Untuk satu  bungkusnya hanya dijual seharga Rp. 3.500,- saja. Biasanya untuk sekali santap, pelanggan bisa menghabiskan 2 hingga 3 bungkus.

Meskipun banyak pelanggan yang kepedasan sewaktu menyantap bothok mercon, namun bisa dipastikan suatu saat akan kembali mengunjungi warungnya.


TRANCAM MBAH PIN, ANTRIAN PELANGGANNYA SELALU MENANTI DI MALAM HARI



SRAGEN – Trancam mbah Pin, wah pastinya yang mendengar kata trancam mbah Pin kita langsung memikirkan rasa kelezatan bumbu sambal trancam dan kesegaran sayurannya. Warung makan Trancam mBAh Pin yang terkenal di Sragen  ini menyajikan trancam khas Sragen yang setiap sore menjelang petang  pasti dipadati oleh kerumunan pelanggannya yang antri.  Lebih lagi, Warung Trancam mbah Pin ini menyajikan trancam dengan lauknya yang serba bakar menarik para pecinta kuliner yang memperhatikan kesehatannya datang ke warung lesehan ini.

Pasti bisa membayangkan aroma harumnya ketika disajikan dengan nasi putih hangat dan berbagai macam lauk yang membuat ketagihan bagi lidah penikmat kuliner. Jika Anda sudah mencicipi kelezatan Trancap Mbah Pin yang segar setiap disajikan ini, bisa dipastikan Anda akan datang lagi. Bagaimana tidak, warung yang telah berdiri sejak 17 tahun lalu ini, menawarkan racikan bumbu trancam dengan citarasa mantap dan segar.

Penyajian trancam saat  dihidangkan di lepek dengan porsi kecil, dengan lauk tempe bacem/bakar, tahu bacem/ bakar, paru bacem/ bakar, kikil bacem/bakar, usus bacem/bakar maupun ayam bacem/bakar membuat penikmat trancam ini menambah porsi lagi. Tak heran jika pecinta kuliner di Sragen mengenal warung makan mbah Pin karena masakan khas Jawa Tengah di warung ini menjadi salah satu target yang harus dicoba.

Apalagi, harga yang ekonomis dan rasa segar yang mantap telah mendorong pengunjung dari berbagai kota singgah ke warung yang berada di utara poltas Sragen ini.  Warung makan ini buka setelah maghrib  hingga pukul 21.00 WIB . Seringkali sebelum waktu ditutupnya pada malam hari,  warung makan ini membuat para pelanggannya pulang dengan tangan kosong. Karena trancam kesukaannya sudah habis sebelum waktunya.  Jadi, biasanya setelah maghrib warung trancam ini selalu dipenuhi kendaraan roda dua mapun empat yang antri  di sekitar warungnya.


Tertarik mencoba makanan sehat ini? Datang saja  ke warung makan ini, di terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani Sragen. Jangan lupa, datang sebelum pukul 21.00 WIB jika tidak ingin kecewa karena Anda aakan kehabisan trancam segar ini. Jadi pastikan, Anda tidak kehabisan menu sehat khas Jawa Tengah yang disajikan di kabupaten Sragen ini. (Dyh – Humas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar